Wajah Kepemimpinan Politik Nasional

 Penulis : Ahmad Yani ( Pemerhati Masalah Sosial dan Politik ) 

 Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, yang pada akhirnya kita memasuki tahun 2011. Seolah waktu berlari dengan begitu kencangnya tanpa kita mampu untuk menghadangnya. “ Waktu ibarat sebuah pedang dengan dua mata pisau, jika kamu berhasil memanfaatkan waktu dengan baik, maka waktu akan menolongmu tetapi jika kamu tidak mampu memanfaatkan waktu atau bahkan melalaikan waktu, maka waktu itu sendiri yang akan melibas dan bahkan membunuh mu sendiri “

Itulah sekelumit ungkapan yang sudah lazim kita dengar tentang pentingnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dan cita-cita dalam hidup. Sebuah bangsa berdiri dan dirikan dengan sebuah tujuan dan cita-cita yang akan diperjuangkan dan diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia sebagai sebuah entitas kebangsaan yang terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, adat istiadat dan dengan wilayah yang terdiri dari ribuan pulau yang berjejer baik kecil maupun besar yang terhampar dari sabang ( Aceh ) hingga Merauke ( Papua ) dan dengan kekayaan alam yang melimpah ruah baik di darat maupun dilaut. 


 Sejarah telah mencatat Indonesia sebagai sebuah entitas kebangsaan yang berdiri dan dirikan oleh Para Founding Father dengan perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan, dengan pengorbanan yang begitu besar dari putra putri terbaik bangsa, dengan jiwa raga dan harta benda yang tak ternilai harganya. Para Founding father kita telah merumuskan apa yang menjadi tujuan dan cita-cita, Indonesia berdiri dan dirikan sebagai sebuah entitas kebangsaan – tujuan dan cita-cita tersebut dirumuskan dalam pembukaan UUD 45 alinea ke IV “ Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa “. 


 65 Tahun Indonesia Merdeka, 100 Tahun Kebangkitan Nasional, dan Silih bergantinya Orde / era serta pemerintahan yang berkuasa di Republik indonesia ini, Apakah tujuan dan cita-cita berdiri dan dirikannya Indonesia sebagai sebuah entitas kebangsaan yang telah diamanatkan oleh para Founding father telah mampu diwujudkan ?? dan siapa pihak yang paling bertanggung jawab untuk mewujudkannya dan di minta pertanggung jawabannya atas terwujudnya tujuan dan cita-cita tersebut ??. 


Di sinilah sejatinya peran negara yang direpresentasikan oleh keberadaan pemerintah yang diberikan mandat oleh rakyat yang sejak awal harus aktif dalam mewujudkan kesejahteraan sosial dan kemakmuran bersama bagi seluruh rakyat indonesia. Kepemimpinan Politik Nasional Kekinian Realitas kekinian Indonesia ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar tanpa tujuan dan arah jelas, berputar-putar terombang-ambingkan atas nama demokrasi dan pasar-bebas dari barat, tanpa pegangan, tanpa plafform , dan mengabaikan doktrin kebangsaan dan kerakyatan indonesia. cita – cita dan tujuan mulia yang telah dirumuskan oleh para Founding father jauh panggang dari api – alias belum terwujudnya cita – cita dan tujuan mulia berdiri dan dirikannya indonesia sebagai sebuah entitas kebangsaan. Pemimpin – pemimpin indonesia adalah pihak yang paling bertanggung jawab dan harus di mintakan pertanggung jawabannya atas belum terwujudnya cita – cita dan tujuan perjuangan Founding father, yakni untuk mewujudkan masyrakat yang adil – makmur. “


 Waktu ibarat sebuah pedang dengan dua mata pisau, jika kamu berhasil memanfaatkan waktu dengan baik, maka waktu akan menolongmu tetapi jika kamu tidak mampu memanfaatkan waktu atau bahkan melalaikan waktu, maka waktu itu sendiri yang akan melibas dan bahkan membunuh mu sendiri “. Ungkapan tersebut tanpanya tidak mampu di maknai dan diterjemahkan oleh Kepemimpinan Nasional yang berkuasa hari ini. Dalam kurun waktu perjalanan kehidupan kita berbangsa dan bernegara, seharusnya mampu memberikan kedewasaan dan kesadaran yang mendalam bagi kepemimpinan nasional yang berkuasa untuk sungguh-sungguh berjuang untuk mewujudkan masyrakat yang adil dan makmur. Waktu yang ada ternyata belum mampu memberikan kedewasaan dan kesadaran yang mendalam bagi para Pemimpin Nasional, bahwa kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya – Kepemimpinan Nasional kekinian malah terlalu Asyik bermain dalam kotoran lumpur “ Politik ala Macchevialle “. 


 Kurun waktu 65 tahun Indonesia merdeka, dan 100 tahun kebangkitan Nasional – kita seharusnya menjadi sebuah bangsa yang besar, disegani dan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. Prasyarat untuk menjadi bangsa yang besar, di segani dan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya kita miliki – kita adalah bangsa dengan sumber-sumber alam yang sangat besar, terutama dalam produk-produk hutan, hasil-hasil pertambangan dan kekayaan laut, serta indonesia terletak pada posisi strategis jalur lintas perdagangan dunia. 


 Sebuah kenyataan Pahit begitu jelas di hadapan kita semua, “ Politik ala Macchevialle “ begitu tergambar jelas dalam potret dinamika wajah politik nasional kita. Politik ala Macchevialle adalah Politik menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan dan mempertahankan kekuasaannya. Politik yang sejatinya adalah alat untuk mengabdi, melayani serta dipergunakan untuk mewujudkan masyrakat yang adil – makmur, hanya menjadi sebatas retorika dan jargon belaka yang selalu dideungkan oleh para pemimpin politik. 


 Para pemimpin politik bangsa ini terutama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam berbagai kesempatan forum nasional dan internasional selalu membangga-banggakan diri sebagai Pemimpin dari sebuah negara demokrasi terbesar di dunia.Padahal dalam pandangan penulis demokrasi kita adalah “ demokrasi bermulut besar “. Praktek-praktek Demokrasi yang dijalankan para pemimpin Politik nasional tidak lebih dari demokrasi yang tidak berkualitas, demokrasi yang kebablasan, demokrasi manipulatif dan “ demokrasi pembodohan “ . 


 Menurut penulis tidak ada yang salah dengan demokrasi, karena demokrasi adalah sebuah pilihan politik bersama sebagai alat dan sarana untuk mewujudkan tujuan dan cita – cita kita berbangsa dan bernegara. Yang menjadi persoalan kemudian ketika demokrasi hanya di isi dan di jalankan oleh para “ Bandit - Bandit Politik “ yang hanya berorientasi kepada politik Pragmatisme dan opurtunisme, dengan mengabaikan Etika dan moralitas kualitas demokrasi dan politik itu sendiri. Dan fenomena ini yang terlihat dalam demokrasi politik di tanah air kita tercinta. Sehingga apa yang terjadi ?? Demokrasi kita hanya melahirkan kepemimpinan nasional yang penuh “ Bopeng “, berlumuran lumpur kotor politik “ kepalsuan “ dan kepemimpinan Nasional yang lemah dan lembek Momentum kebangkitan dan kemajuan Ekonomi negara-negara Asia, terutama China, India , Korea Selatan dan Malaysia di era abad 21 ini, seharusnya menjadi pintu masuk bagi bangsa ini untuk mendorong dan memacu pertumbuhan ekonomi dan guna untuk mengejar ketertinggalan diberbagai sektor terlewatkan begitu saja. 

Terlewatkannya momentum tersebut karena Pemerintahan yang ada, hanya berkutat pada persoalan politik jangka pendek, Pragmatisme dan opurturnisme, dan energi yang dimiliknya terkuras habis untuk strategi mempertahankan kekuasaannya dan bagimana menghadapi intrik-intrik politik di antara sesama elit politik yang ada. Beberapa tahun terakhir ini, Publik di tanah air disuguhkan berbagai Skandal yang terjadi – Pemilu yang syarat dengan kontroversial, Kriminalisasi dua Pimpinan KPK Bibit dan chandra, Bail –out Bank Century yang merugikan negara sebesar 7.6 Triliun Rupiah, Kasus Cicak versus Buaya, Kasus Susno Duadji, Kasua Mafia Pajak, Kasus Gayus Tambunan, kasus Rekening Gendut Polri dan sederet kasus-kasus lainnya yang kian memperlihatkan wajah “ Bopeng “ kepemimpinan politik nasional di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Budiono. Kepercayaan publik kian tergerus terhadap para elit politik – yang terlihat lebih mengedepankan hasrat pemenuhan kebutuhan ” kantong” dan “ perut “ mereka ( elit politik ) di tengah penderitaan, kesulitan dan bencana yang datang silih berganti menimpa sebagian besar rakyat indonesia. Empati dan simpatik terhadap penderitaan dan kesulitan yang terus mendera rakyat telah hilang dari hati nurani para pemimpin elit politik di negeri ini. 


 Bangsa yang dulu di hormati dan disegani oleh negara-negara tetangga hanya tinggal kenangan – bangsa ini tidak lebih dari pada sebuah bangsa yang di pandang sebelah mata dan diremehkan oleh negara-negara tetangga yang ada disekitarnya, terlihat dari Arogansi yang diperlihatkan Malaysia di wilayah teritorial negara kesatuan republik Indonesia, Pemerintah Indonesia tidak mampu untuk bersikap dan menunjukkan ketegasannya sebagai sebuah bangsa yang besar dan di segani. Carut –marut politik yang terjadi dan konflik, intrik di antara sesama anggota koalisi kabinet pendukung pemerintahan Susilo Bambang yudhoyono dan Budiono yang tergabung dalam Setgab dan terus merorong-rong kewibawaan pemerintah. Kondisi tersebut diperparah dengan kepemimpinan politik nasional yang lemah, lembek dan peragu. 


 Persamaan dan kedudukan warga negara dihadapan hukum, tidak lebih dari sebuah utopia yang ada. Pranata-pranata hukum tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Hukum hanya bertaring dan bergigi ketika menghadapi rakyat kecil yang tidak memiliki kuasa dan modal, sementara ketika hukum berhadapan dengan mereka yang memiliki kuasa dan modal, hukum seolah-olah menjadi lumpuh seketika. Kepemimpinan politik nasional yang ada seperti tidak memiliki komitmen politik yang tegas dan berani dalam proses penegakan hukum di tanah air. 


Keadilan yang menjadi salah satu tema besar kampanye Presiden SBY dan Budiono pada Pilpres kemaren hanya menjadi isapan jempol belaka. waktu yang terus berjalan dan berlalu tanpa mampu kita hadang, sementara Kepemimpinan politk Nasional tidak menunjukkan komitmen politik yang kuat dan berani untuk melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap carut-marutnya wajah Politik Nasional, maka waktu itu sendiri yang akan “ melibas “ bahkan “ membunuh “ pemimpin politik tersebut – ketika Kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang diamanatkan oleh para Founding father hanya menjadi sebuah retorika dan sebuah utopia, sehingga kekecewaan dan frustrasi social semakin mendalam terhadap para pemimpin politik. Penguasa atau pemerintah yang ada tinggal menghitung hari !!!.

Belum ada Komentar untuk "Wajah Kepemimpinan Politik Nasional"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel