Kepemimpinan Muda Alternatif

{ Oleh : Ahmad Yani – Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mataram )

Dalam Sebuah bangsa, Kaum muda adalah Aset yang tak ternilai harganya, Kemajuan dan Kemunduran sebuah bangsa sangat tergantung kepada kemampuan dan Produktivitas kaum muda dalam memanfaatkan potensi yang di milikinya untuk kepentingan bangsa dan negara. Kaum muda dan Perubahan, Bagaikan dua Unsur yang menyatu dan tak terpisahkan. Dalam lintasan sejarah perjalanan bangsa-bangsa di dunia, tidak terkecuali Indonesia, semangat muda-lah yang mengantarkan kemerdekaan bangsa ini. 

Tak bisa dipungkiri setiap gerak perubahan kerap muncul dan dimotori oleh kaum muda. Pandangan ini nyaris tak terbantahkan sebab rekam jejak dan Momentum perubahan membenarkan kuatnya peranan kaum muda di dalamnya. Dewasa ini kehidupan kita berbangsa dan bernegara, kian terasa semakin sulit, dalam setiap lubuk hati masyrakat pastilah mendambakan akan datangnya Perubahan. Negara kian penat dengan krisis – Krisis ekonomi, krisis Politik, krisis legitimasi, krisis BBM, krisis Pangan, dan krisis lainnya. 

Benak setiap masyrakat pasti bertanya-tanya, kapankah semua ini akan berakhir ? tetapi perubahan tidak mungkin di tunggu, Perubahan harus dijemput, diupayakan dengan usaha keras dan dilakukan sepenuh hati. Sejarah bangsa Indonesia mencatat bahwa Kaum Muda Ikon bagi Perubahan keadaan. Persoalan yang sedang Membelit bangsa dan negara kita tercinta – Ibarat tubuh yang sedang sakit Kronis, tidak bisa di selesaikan dengan Pendekatan Konvensional yang selama ini digunakan dan dipraktekkan oleh Para pemimpin yang sedang memerintah, yang terbukti telah gagal membawa perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan dan terciptanya keadilan dalam masyrakat. Di butuhkan pendekatan yang lebih Revolusioner dan Progresif dalam menyelesaikan berbagai Problematika yang sedang terjadi. 

Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan sosok kepemimpinan nasional yang memiliki Semangat dan gagasan yang besar dalam melakukan Restorasi, Sososk pemimpin yang Enerjik dan berani dalam melakukan gebrakan-gebrakan yang mendorong ke Arah Peningkatan kesejahteraan bagi Rakyat. Sosok pemimpin yang tidak mudah tunduk terhadap tekanan-tekanan Politik kelompok tertentu, dan yang lebih penting sosok Pemimpin yang berani mengatakan “ tidak “ terhadap segala hegemoni ekonomi politik yang coba dipaksakan oleh negara-negara maju dan berbagai lembaga Internasional yang cenderung merugikan kedaulatan kita sebagai sebuah bangsa. 


 Dengan berbagai persoalan yang sedang melingkupi kehidupan kita berbangsa dan bernegara, nyatanya kita tidak dapat terlalu berharap ada perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan dan keadilan dalam masyrakat dalam waktu dekat ini. Dengan realitas yang ada, maka selayaknyalah perlu dipikirkan dan dipertimbangkan Kepemimpinan Muda Alternatif. 


 Dalam Undang-undang kepemudaan yang telah disahkan oleh DPR dalam beberapa waktu kemaren, Kategori Pemuda adalah mereka yang berusia antara 20 tahun s/d 40 tahun. Tetapi, penulis tidak ingin terjebak dalam dikotomi kepemimpinan kaum tua dan kepemimpinan kaum muda. Jadi, walaupun seorang yang usianya di atas itu, tapi memiliki sosok kepemimpinan yang Penulis sebutkan diatas, Ia layak disematkan sebagai “ Pemuda “. Hampir dalam rentang 10 tahun Reformasi berjalan, telah terjadi Stagnasi pelaksanaan demokrasi dan sistem Politik. Hal itu ditandai oleh kegagalan dalam melakukan Proses Kaderisasi dan Regenerasi Kepemimpinan Nasional. Pemimpin yang memegang tampuk kekuasaan hanya beredar dikalangan yang sama. Pemimpin yang notabene dinilai gagal oleh Publik ternyata masih saja ingin maju mencalonkan diri. Pemilu 2014, Momentum kebangkitan Kepemimpinan Muda Alternatif Dalam catatan dan pengamatan Penulis, Fenomena maraknya kesiapan kaum muda berpolitik menjelang Pemilu 2009, Patut diacungi jempol. Meski, hal tersebut menurut penulis sesungguhnya bukanlah jalan keluar. Yang kita saksikan saat ini adalah Problem Krisis Kaderisasi dan Regenerasi. Walaupun telah terjadi pesta demokrasi sebanyak tiga kali pasca reformasi yang menjadi ajang pendaulatan elit-elit yang akan menentiukan arah bangsa, ternyata tidak terlalu banyak pemimpin dari kelompok muda yang berhasil menerobos jejaring struktur politik yang telah dikuasai oleh tokoh-tokoh yang lebih mapan. Karena biasanya, menurut pengamatan penulis kaum muda hanya bermain di “ Pinggiran saja “. 

Yang perlu dicatat menurut Penulis, generasi elit politik senior berwajah tua sekarang ini merupakan tokoh-tokoh yang dibesarkan di era orde baru. Terlebih struktur kekuasaan sistem politik masih berada di tangan mereka. Walaupun mereka bersifat Pro terhadap perubahan, namun mereka takut mengimplementasikanya. Kalaupun ada perubahan, sifatnya sangat Konservatif, sehingga memberi peluang kembalinya kemapanan cara berpikir serta kelembagaan yang “ Kaku “. 

 Pemilu 2014, merupakan harapan menunggu terjadinya proses Regenerasi kepemimpinan Nasional secara Alamiah. Karena pada Pemilu tersebut, akan ada harapan untuk memunculkan kepemimpinan Muda yang lebih Potensial, Progresif dan Kualitas kepemimpinan muda yang lebih Mumpuni. Meskipun pada saat yang sama, peran sentral lembaga-lembaga Politik masih dikendalikan oleh kaum tua dan mereka ingin terus berkiprah dalam struktur kekuasaan. Pada saat yang sama, kaum muda yang akan memimpin harus selalu meningkatkan kemampuan, kompetensi , kapasitas, kapabilitas dan Integritasnya, sehingga layak diberikan amanah sebagai Pemimpin di masa depan. 

Selain itu menurut Penulis, kaum muda yang akan memimpin adalah mereka yang tumbuh dari Rakyat. Ia mengerti dan merasakan sendiri bagaimana penderitaan dan kesulitan yang dihadapi rakyatnya. Ia bukan tipe pemimpin yang tiba-tiba muncul dan datang di panggung politik. Ia harus lulus ujian di “ Kawah Candradimuka “ Penderitaan rakyat. Pemimpin muda harus otentik, dimana ketika ia mengatakan Rakyat lapar maka pada saat yang bersamaan ia pun merasakan hal yang sama. Bung Karno memiliki legitimasi membela rakyat kecil yang Miskin karena ia di tempa dalam keadaan yang sama dengan rakyatnya. 

Tan malaka memiliki justifikasi membela ketertindasan rakyat kecil karena selama puluhan tahun ia pun diperlukan sama seperti dengan rakyat yang dibelanya. Memang tidak bijak jika kita hanya mempersoalkan tua-muda dalam menjalani sebuah perubahan. Sebab, dikotomi tersebut, belum teruji mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa. Namun bagi kaum muda, mereka harus membangun diri agar lebih Profesional dan mau belajar demi meningkatkan kualitas kepemimpinannya. Janganlah terjebak untuk berbuat hal yang naif, membodohi rakyat hanya dengan retorika dan janji isapan jempol belaka. Doronglah rakyat untuk menentukan pemimpinnya, berdasarkan kualitas seseorang dan mengedepankan nurani.


 Sebab, itulah tugas mulia yang ada dihadapan kaum muda…………Bangunlah dari tidurmu, wahai kaum muda !! Indonesia menantimu…!!!

Belum ada Komentar untuk "Kepemimpinan Muda Alternatif"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel