Perjuangan Agus Fatra Wijaya Ajak Tanam Kopi Arabika
Raup Jutaan Rupiah, Jadi Duta Kopi Nasional
Tak banyak anak muda yang memilih fokus sebagai petani. Tetapi berbeda, dengan Agus Fatra Wijaya, Alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Dia memilih fokus menerapkan ilmu pertanian dimiliki, dengan menjadi petani kopi milenial.
_______
Ahmad Yani—Lombok Timur
___________
Kini banyak masyarakat di Desa Sapit yang menanam kopi Arabika. Sebelumnya, tidak banyak petani melirik untuk menanam kopi arabika.
Karena petani itu saat itu banyak berpandangan menanam kopi arabika, tak menjanjikan.
Selain itu, Desa Sapit yang berada dibawah lereng gunug rinjani, tak disadari sangat cocok dan potensial untuk penanaman kopi arabika dan sejenisnya.
Tanam kopi arabika ini sangat cocok ditanam di ketinggian 800-1.250 Mdpl.
“ Potensi ini tidak banyak disadari petani kita. Padahal, Desa Sapit ini sangat potensial untuk ditanami kopi,” kata Agus Patria Wijaya, kepada Radar Lombok, Minggu kemarin (31/10).
Tak mudah bagi Agus mengajak para petani di Desa untuk menanam kopi Arabika.
Karena minim pengetahuan petani tentang penanaman kopi Arabika. Ketiadaan akses pangsa pasar hasil produk kopi para petani.
Itu membuat petani memilih masih enggan menanam kopi.
Pelan tapi pasti. Agus alumni fakultas pertanian Unram itu, berupaya memberikan edukasi kepada petani, bahwa di desa Sapit yang berada dilereng gunung rinjani itu sangat tepat bagi penanaman dan pengembangan kopi Arabika.
Dengan ilmu pertanian dimiliki, Agus juga menelurkan dan menyebarkan ide-ide kepada petani bagaimana menanam kopi arabika.
Dia melihat menanam kopi arabika sangat menjanjikan. Bisa mendatangkan penghasilan cukup besar bagi petani.
Melalui lembaga Sapit Farm yang dibentuknya. Dia juga mencari dan menjalin komunikasi ke sejumlah pihak terutama di kota Mataram sebagai akses pangsa pasar bagi penjualan kopi arabika petani.
Mengingat, saat ini di kota Mataram sedang menjamur berbagai outlet atau café, yang menawarkan kopi sebagai produk andalan mereka. Saat kongkow2 menyuguhkan kopi sebagai menu utama.
Belum lagi terhitung, Potensi produk kopi yang bisa di ekspor ke berbagai negara lainnya. Misalnya Timur Tengah, Eropa dan Amerika.
“ Ini jadi pangsa pasar cukup besar dan potensial,” terangnya.
Sapit Farm yang dibentuk tiga tahun lalu. Telah menaungi sebanyak 25 orang petani muda milenial di Desa Sapit dan 10 petani muda milineal di Sembalun.
Dengan lembaga Sapit Farm tersebut, Agus terus mengajak terutama kalangan muda milineal yang ada di sekitar Sapit, Sembalun dan sekitarnya, agar mau menjadi petani.
Lebih lanjut, dia membeberkan, dengan biaya penanaman kopi arabika dilahan seluas satu hektar sebesar Rp 7 juta. Jika saat panen harga perkilo capai Rp 80 ribu ditingkat petani.
Maka sekali petani bisa mengantongi keuntungan berkisar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.
“ Semakin bagus memproses kopi, tentunya harga jual pun akan makin bagus,” ucapnya.
Alhasil. Apa dilakukan Agus dengan mengajak para petani untuk menanam dan pengembangan kopi Arabika di Desa Sapit, telah mengantarkan dirinya menjadi 12 finalis Duta Kopi Tingkat Nasional tahun 2021.
Seleksi duta kopi nasional dilakukan di seluruh provinsi di Indonesia.
Tim juri dari duta kopi nasional, sudah turun baru-baru ini, untuk melihat secara langsung terkait upaya dan peran dilakukan Agus di desa sapit bagi penanaman dan pengembangan kopi di desa tersebut.
“ Tinggal kita tunggu pengumuman tim juri direncanakan bulan November ini,” pungkasnya.***
f- Agus Patria Wijaya : Dedikasi bagi pengembangan kopi Arabika di desa Sapit..
Belum ada Komentar untuk "Perjuangan Agus Fatra Wijaya Ajak Tanam Kopi Arabika"
Posting Komentar