Pengerajin Batu Akik Masih Bertahan

Jeli Corak Baru, Jungkil Pondasi Rumah Warga
Pasar batu akik pernah booming. Namun saat ini meredup. Akibatnya, banyak pengerajin gulung tikar. Namun begitu, Masih ada pengerajin bertahan hingga saat ini. Pada suatu sore saya mengunjungi sebuah rumah berada di kampung Turingan, Desa Labuhan Lombok, Pringgabaya. Di dalam rumah itu biasanya sejumlah pria mengerjakan pesanan batu akik. Di salah satu sudut tembok ruangan di belakang rumah tersebut, tergantung berbagai alat dipergunakan untuk mengoles dan bentuk ukiran batu alam yang cantik dan menarik. Bahkan, terlihat beberapa mesin pemotong biasa digunakan untuk memotong batu alam. Batu alam biasa jadi bahan mentah pembuatan batu akik. Mereka adalah kelompok pengerajin batu akik. Mereka terdiri dari tiga orang pengerajin. Yakni, Rawatip, Daud dan Asrul. Ketiga sudah menekuni usaha batu akik sejak tahun 2014 lalu. Mereka adalah pengerajin batu akik masih bertahan hingga saat ini. Keputusan mereka tetap bertahan jadi pengerajin batu akik, karena sangat hobi batu akik. Meski masa booming batu akik sudah lewat. Tetapi menurut mereka batu akik masih punya potensi atau peluang ekonomi menjanjikan. Sehingga mereka memutuskan tetap menekuni usaha batu akik tersebut. " Karena peminat batu akik masih cukup banyak," kata Rawatib. Menurutnya, Peminat batu akik itu berasal dari semua kalangan masyarakat. Mulai kalangan kelas atas/ para pejabat, kelas menengah dan masyarakat bawah. Peminat bahkan kolektor batu akik tidak ada habisnya. Meski saat tidak booming lagi, penjualan batu akik terbilang rendah. Pasalnya, Pembeli batu akik hanya dari kalangan tertentu saja. Terutama misalnya dari pemburu atau kolektor batu akik. Penjualan batu akik rata-rata perbulan terjual 4- 5 buah. Berbeda saat batu akik booming, mereka bisa jual batu akik hingga mencapai puluhan per bulan. Harga rata-rata batu akik dijual berkisar Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Tetapi ada juga batu akik harga bisa capai Rp 1 juta. Itu sangat tergantung dari corak batu akik dan peminat tersebut. Adapun beragam jenis batu akik dijual tersebut yakni, batu giok, Samudra lapis, Black Jet, Kecubung Teh, Kecubung Kopi, Kecubung Air, Panca Warna dan lainnya. Kendati, booming batu akik sudah lewat. Pengerajin batu akik mensiasati dengan lebih jeli dalam menentukan corak dan ukiran batu akik dihasilkan tersebut. Dengan begitu, Mereka bisa tetap dapat jual batu akik dihasilkan tersebut. Meski memang pihaknya banyak menerima peminat batu akik yang menggunakan jasa mereka untuk dibuatkan batu akik. Mereka menyediakan sendiri batu alam yang jadikan bahan mentah pembuatan batu akik. Pihaknya hanya tinggal memoles dan mengukir batu akik sesuai permintaan tersebut. " Untuk pembuatan satu batu akik biasanya hanya butuh proses 30 menit. Itu tergantung corak dan tingkat kesulitan pembuatannya," terangnya. Dia menuturkan, untuk memperoleh batu alam sebagai bahan mentah pihaknya harus naik turun gunung, menyelusuri bibir pantai bahkan harus menyelam. Bahkan, pihaknya pernah jungkil batu pondasi salah satu rumah warga. Untuk mencari bahan mentah pihaknya berkeliling di sejumlah daerah di Indonesia. Misalnya, NTT, Papua, Kalimantan dan sejumlah daerah lainnya. Pasalnya, sangat terbatas jika hanya mengandalkan di pulau Lombok. Sehingga pihaknya harus menjelajah berbagai daerah di Indonesia untuk bisa menemukan corak batu bisa disulap jadi batu akik menarik. Kendati batu akik tidak booming lagi. Pihaknya tetap akan mengeluti dan menekuni usaha pengerajin batu akik. Pihaknya kedepan akan lebih fokus dan jeli misalnya dengan menambah motif dan pernak-pernak di ukiran batu akik tersebut. Maupun dengan jadikan batu akik sebagai pelengkap di perlengkapan fornitour. Seperti misalnya ukiran batu akik untuk lampu hias, Meja dan lainnya. Termasuk batu akik untuk kalung. Dengan begitu, dipastikan ada beragam motif dan terobosan dilakukan pihaknya agar daya tarik batu akik di konsumen tetap ada. “Kita harus berinovasi dan kreatif, agar kita tetap punya pangsa pasar penjualan batu akik,” ungkapnya Daud pengerajian batu akik lainnya. Dia berharap, Pemerintah daerah bisa memberikan perhatian lebih dan serius bagi pengerajin batu akik seperti dirinya. Karena selama ini dukungan dan perhatian dari pemda sangat kurang terhadap pengerajian batu akik. Padahal, pengerajin batu akik adalah satu salah satu UMKM perlu dukungan dan perhatian lebih pemda. Karena batu akik masih punya potensi dan peluang menjanjikan dan bisa terus dikembangkan kedepan. Namun persoalan acap kali kendala modal harus dihadapi pihaknya. Terutama misalnya pembelian alat-alat. Oleh karena itu, dukungan Pemda sangat dibutuhkan pihaknya. “Butuh alat memadai untuk terus berinovasi dan berkembang,” pungkasnya.*** f-Daya tarik : Rawatib, salah satu pengerajin sedang memotong, membentuk dan mengukir batu alam jadi batu akik sesuai diharapkan. Batu akik masih punya daya tarik dan dijadikan peluang usaha masih menjanjikan.

Belum ada Komentar untuk "Pengerajin Batu Akik Masih Bertahan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel