Negara Hutan Rimba

 Penulis : Ahmad Yani ( Pemerhati Masalah Sosial dan Politik )

 Penulis sebagai salah satu anak bangsa tidak habis mengerti dengan kondisi negeri tercinta kita saat ini ??, Dulu bangsa kita di kenal sebagai bangsa yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan yang tinggi, sopan santun, toleransi yang tinggi dan lebih mengedepankan musyawarah kekeluargaan. 

sehingga tidak mengherankan kemudian kita yang memiliki keberagaman dalam berbagai hal ( Agama, Etnis, Budaya, Bahasa, Adat istiadat dll ), tetapi dapat hidup saling berdampingan dan hormat menghormati lebih dari beratus-ratus tahun. Tetapi realitas beberapa tahun terakhir ini menunjukkan sebuah gejala dan fenomena yang sangat menyedihkan dan menyayat sisi kemanusiaan kita sebagai manusia yang beradab dan bermoral, Sudah tidak ada sopan santun, tidak ada toleransi apalagi musyawarah. 


Sehingga negeri ini ibarat hutan rimba yang menggunakan kaidah-kaidah hukum rimba “ Siapa yang kuat maka dia yang menang “. Mengapa wajah negeri ini demikian begitu cepat berubah menjadi menyeramkan dan menakutkan ?, kapan wajah yang menyeramkan dan menakutkan tersebut akan kembali berubah menjadi wajah yang menarik ?, masihkah ada harapan wajah negeri ini akan kembali menjadi wajah yang menyejukkan, mendamaikan dan mencerahkan ??.


 Pasti, ada yang salah dengan kondisi negeri tercinta kita hari ini ??, Kaidah-kaidah hukum rimba begitu sangat menonjol dalam kehidupan masyrakat kita saat ini. kelompok-kelompok tertentu yang merasa dirinya lebih mayoritas berhak memaksakan kehendak dan keinginannya kepada kelompok yang Minoritas, kelompok masyrakat yang merasa diri lebih superior daripada kelompok yang lain dapat mengklaim bahwa kebenaran adalah milik kelompok mereka. 


Pemaksaan atas kehendak dan keinginan kelompok yang satu terhadap kelompok yang lainnya kerap menggunakan instrument kekerasan dan cara-cara yang bersifat Bar-bar, sehingga hukum rimba pun berlaku “ kelompok yang kuat, maka kelompok tersebut yang berhak menentukan segalanya “. Ini menunjukkan bahwa Negara sudah tidak memilki kewibawaan dan kaidah-kaidah hukum Fositif Negara sudah kehilangan otoritasnya. 


Mengapa semua hal tersebut bias terjadi, ada bebarapa hal yang menjadi analisis penulis ??. Pertama, terjadinya krisis kepemimpinan negeri ini. Masyrakat sudah tidak melihat lagi adanya pemimpin yang mempunyai Integritas dan ketauladan yang patut di dengar dan dihormati. Kepemimpinan yang berIntegritas adalah Kepemimpinan yang telah selesai dengan persoalannya sendiri. 


Pemimpin yang mampu menyatukan perbuatan dan perkataannya demi sebesar-besarnya untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. tetapi, realitas para pemimpin di negeri ini adalah kepemimpinan yang sudah tidak memiliki Integritas dan moralitas. Lihat saja, sikap dan polah tingkah laku para elit politik di negeri ini, di tengah kesulitan dan penderitaan yang menimpa sebagian besar rakyat di negeri, ternyata para Pemimpin hanya sibuk dengan persoalan diri dan kelompoknya. Kepentingan Pribadi pemimpin dan kelompoknya lebih utama diatas kepentingan rakyat banyak. Rakyat di biarkan berjuang sendiri dalam kubangan berbagai kompleksitas kesulitan dan penderitaan, sementara para elit politik sibuk bertikai sendiri hanya sekedar untuk memenuhi hasrat ambisi kekuasaan politik semata para elit. 


Hati nurani dan empati social dari para elit pemimpin di negeri sepertinya sudah tertutup rapat. Keteladanan yang seharusnya ditunjukkan oleh para elit pemimpin, sudah tidak Nampak lagi. Rakyat sudah kehilangan figure yang pantas dan layak untuk teladani dan di dengar dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi, sehingga tidak mengherankan kemudian, kelompok-kelompok tertentu di dalam masyrakat menggunakan cara-cara sendiri dalam menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi. walaupun cara-cara itu termasuk kategori tindakan melawan hukum dan di luar batas kemanusiaan ( Kekerasan, Pembakaran , pembunuhan, kerusuhan, dll ). 


 Kedua, Kesenjangan social yang semakin menganga lebar di tengah masyrakat. Kekayaan alam yang begitu melimpah di negeri ini baik di darat dan di laut, ternyata tidak memberikan dampak apapun bagi kesejahteraan rakyat sebagai pemilik kekayaan alam tersebut. Kemiskinan sudah menjadi identik di tengah-tengah masyrakat. 

Tiap tahun jumlah masyrakat miskin selalu mengalami peningkatan, tanpa pemerintah mampu memberikan solusi untuk meredam naiknya jumlah masyrakat miskin. Menurut data yang di Lansir oleh Bank Dunia Jumlah Masyrakat Miskin mencapai lebih dari 70 juta atau setara 43 % dari total jumlah penduduk. Hal tersebut sangat kontras dengan apa yang dirilis oleh Majalah Ekonomi terkemuka Forbes baru-baru ini yang melansir 100 orang terkaya di dunia, 10 di antaranya berasal dari Indonesia. 


 Kekayaan alam di negeri ini, hanya di nikmati oleh segelintir kecil orang-orang yang dekat dengan pusat kekuasaan. Rakyat banyak hanya menjadi penonton di tengah kekayaan alam yang di milikinya terus dikeruk dan dinikmati korporat-korporat asing dan segelintir elit di negeri ini, sedangkan rakyat kebanyakan tidak mampu berbuat apapun menghadapi hal tersebut. “ Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin “ sangat pas untuk menggambarkan kondisi ekonomi Rakyat Indonesia. 


Frustrasi social yang akut yang dihadapi oleh Rakyat banyak karena tekanan dan himpitan ekonomi yang semakin meningkat, menyebabkan rakyat kebanyakan kehilangan rasionalitasnya untuk mampu berpikir jernih dalam menyelesaikan setiap persoalan yang di hadapinya. sehingga tidak mengherankan kemudian, rakyat menempuh cara-cara sendiri dalam menyelesaikan setiap masalah dan perbedaan pendapat yang di hadapinya, tanpa memperdulikan aturan hukum fositif Negara yang berlaku. 


 Ketiga, Penegakan hukum yang tidak lagi mencerminkan rasa keadilan. Penegakan hukum di negeri ini sudah sangat jauh dari nilai-nilai keadilan. “ Hukum hanya bertaring terhadap rakyat kecil, tetapi hukum menjadi sangat Mandul ketika menghadapi mereka yang punya kuasa dan modal. Publik di negeri ini di suguhkan bagaimana keadilan hukum sudah tercerabut dalam penegakan hukum di negeri ini. 


Kasus Prita, Nenek Minah adalah contoh kecil bagaimana Proses penegakan hukum yang begitu bertaring tetapi jauh dari rasa keadilan. Kasus Korupsi Bank Century, Kasus Mafia Pajak adalah contoh kecil proses penegakan hukum yang mandul bahkan lumpuh seketika menghadapi mereka yang punya kuasa dan Modal. Hukum tidak lagi menjadi alat untuk mencari rasa keadilan, tetapi hukum tidak lebih dari alat kekuasaan semata. hukum sudah tidak mampu memberikan rasa keadilan bagi rakyat kebanyakan yang mencari keadilan di negeri ini.


 Akibatnya, hukum sudah tidak memiliki otoritas dan kewibawaan dalam mengatur kehidupan masyrakat, sehingga yang muncul adalah tindakan-tindakan di luar aturan hukum yang berlaku, sebut saja tindakan Main hakim sendiri yang hampir setiap hari terjadi di tengah kehidupan masyrakat. Hal ini menunjukkan semakin tergerusnya kepercayaan rakyat terhadap hukum di negeri. 


 Keempat, Tidak berfungsinya lagi Pranata-pranata Negara. Negara saat ini sepertinya sudah tidak mampu lagi menjalankan tugasnya sebagai Pelaksana kedaulatan rakyat seutuhnya. Negara kalah telak di hadapan para Mafia-mafia politik dan hukum yang menggerogoti negeri ini. Pranata-pranata Negara yang sejatinya menjadi Pengayom, Pelindung dan penyalur harapan dan Aspirasi rakyat, telah di bajak dan dikerdilkan mejadi Pranata-pranata untuk memenuhi kepentingan sempit para elit semata, di tengah kondisi rakyat yang haus akan sebuah keadilan. 


Sebut saja bagaimana Kiprah dan kinerja DPR, Partai Politik, Presiden, Kepolisian, kejaksaan dan Pranata Negara lainnya. Tidak berfungsinya Pranata Negara sebagaimana yang diharapkan rakyat, mengakibatkan rakyat mencari pranata-pranata sendiri dalam menyelesaikan setiap persoalan dan perbedaaan yang dihadapi. 


Semakin tergerusnya Kredibilitas dan legitimasi Negara di hadapan rakyatnya ibarat sebuah Bom waktu yang kapanpun bisa meledak dan menghantam Negara sendiri, jika hal tersebut tidak segera dipulihkan dan perbaiki. 


 Menurut analisis Penulis inilah sekelumit yang mendasari wajah Indonesia yang dulu menyejukkan, mendamaikan dan mencerahkan berubah seketika menjadi wajah yang menyeramkan, menakutkan dan menyayat rasa kemanusiaan kita sebagai bangsa yang beradab dan bermoral. Negeri ini sudah menjadi ibarat hutan rimba “ yang kuatlah yang akan keluar sebagai pemenangnya .

Belum ada Komentar untuk "Negara Hutan Rimba"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel