56 Tahun Indonesia Merdeka : Sebuah Refleksi


56 Tahun Indonesia Merdeka : Sebuah Refleksi

Oleh : AHMAD YANI ( Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mataram )

Membayangkan Usia 56 tahun ibarat Usia seseorang yang sudah sangat mapan dan usia yang sangat sarat dan kenyang tentang pengalaman kehidupan. Jika direfleksikan dalam konteks historis negara kita tercinta Indonesia telah menapaki jejak yang cukup monumental walaupun masih banyak kekurangan. Akan tetapi sudah saatnya Indonesia Bangkit dan Menjadi negara yang sejahtera untuk menggapai sebuah perubahan
sejati.

Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) adalah anugerah dan berkat dari Tuhan Yang Maha Esa. Dia dilahirkan dari proses perjuangan yang sangat panjang dengan segala pengorbanan yang tak ternilai dari putra-putri bangsa, baik jiwa, raga dan harta. Proses awal dari hasil perjuangan yang sangat panjang diwujudkan dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Kemerdekaan yang berhasil diperjuangkan itu, hanyalah satu tahapan awal dari cita-cita dan tujuan perjuangan, yakni untuk mewujudkan masyrakat yang Adil dan Makmur. Kemerdekaan yang diraih diperuntukkan bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Nasionalisme dan Semangat Proklamasi.

Menciptakan perubahan memerlukan ruh dan semangat yang menjadi landasan utamanya. Nasionalisme Indonesia pada hakekatnya adalah Ruh dan semangat yang menggerakkan untuk bangkit melawan penindasan ekonomi, politik, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan dari cengkeraman penguasa Kolonial. Hal ini tidak terlepas dari keinginan yang besar untuk mendirikan sebuah Indonesia yang Merdeka. Artinya, Indonesia yang berdaulat secara Politik, Indonesia yang Mandiri secara Ekonomi dan Indonesia yang berkepribadian secara sosial budaya serta pertahanan dan keamanan. Nasionalisme inilah yang menjadi dasar munculnya tekad untuk berbangsa, berbahasa, bertumpah darah satu, yakni Indonesia, sebagaimana yang ditegaskan dalam sumpah pemuda 1928. Semangat satu bangsa, bahasa, dan tumpah darah itu terus menggumpal hingga titik kulminasinya terwujudnya jembatan mas pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Indonesia Hari Ini.

Tepatnya pada tanggal 17 Agustus adalah hari yang bersejarah bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah berusia 56 tahun. HUT Proklamasi Kemerdekaan 56 begitu terasa Istimewa karena bertepatan dengan Bulan suci Ramadhan. Di mana secara historis, Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno – Hatta pada 17 Agustus 1945 juga bertepatan dengan Bulan suci Ramadhan. Dengan spirit kemerdekaan dan Bulan suci Ramadhan kian mendorong kita sebagai salah satu bagian dari anak bangsa yang terlahir di bumi Indonesia, untuk dapat berperan dan ikut serta dalam mengisi kemerdekaan – sesuai amanat para founding father bangsa ini.

“ Sejarah Berulang “ – itulah memoar yang ditulis Prof. Amin Rais dalam bukunya Selamatkan Indonesia. Prof. Amin Rais mengemukakan Perbedaan antara Penjajahan tempo dulu dengan Penjajahan hari ini adalah dalam bentuk dan format belaka. “ Tempo dulu pendudukan fisik dan militer menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan kemerdekaan, kemandirian, dan kedaulatan politik, sosial, hukum dan pertahanan. Sedangkan sekarang ini pendudukan fisik dan militer itu secara resmi tidak berlaku dan tidak kelihatan. Tetapi sebagai salah satu anak bangsa kita kerap merasakan bangsa kita telah kehilangan kedaulatan secara Politik, Indonesia yang mandiri secara ekonomi ( kedaulatan ekonomi ), diplomasi, pertahanan dan militer. Bisa dikatakan dalam hampir setiap kebijakan domestik dan kebijakan luar negeri Indonesia selalu kelihatan pengaruh besar kepentingan asing yang melemahkan kepentingan nasional indonesia sendiri. “.

56 tahun Indonesia merdeka, apa yang menjadi cita-cita para Founding Father bangsa ini – terwujudnya masyrakat Indonesia yang adil dan makmur, masih jauh panggang dari api. Mungkin jika para Founding father bangsa ini masih hidup, barangkali mereka berteriak lantang mempertanyakan kepada pemimpin-pemimpin indonesia hari ini “ Kenapa Bangsa Indonesia yang besar, memiliki kekayaan alam yang melimpah belum mampu mewujudkan Keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi Rakyatnya??..”. Malah yang terjadi, di usia yang ke 56 tahun Indonesia Merdeka, bangsa dan negara ini masih terus harus berkutat dengan sederet persoalan yang sejatinya tidak perlu terjadi. Akibat dari kebijakan-kebijakan pemimpin hari ini yang salah dalam mengelola negara. Atau Penulis meminjam istilah ekonom Hendri saparini adalah “ negara yang salah Urus “.

56 Tahun Indonesia Merdeka, Bangsa dan negeri ini masih terus berkutat dengan Persoalan kemiskinan Rakyatnya yang semakin akut, rakyat yang masih terus berpenyakitan, rakyat yang masih banyak tidak memperoleh Pendidikan, tidak ada pemerataan dan ketimpangan sosial yang semakin melebar, Rakyat masih banyak menganggur, hutan-hutan dikelola namun terjadi pengundulan, flora-fauna yang dilindungi menjadi musnah, lautan luas dan udara Produktif namun lingkungannya tidak asri, potensi perdagangan dan industri di kelola namun ekonominya terpuruk, Perilaku agama dan Norma Kehidupan kuat namun tidak disiplin dan koruptif ( tukang curi uang negara banyak tak terkendali ), Buruknya Proses Penegakan Hukum, Komunikasi dan Informasi berjalan namun berada dalam dikte negara luar dalam segi ekonomi, politik dan hukum. Terkurasnya Sumber daya alam dengan manfaat yang minim bagi Rakyat, Ekspor hasil Migas dan Non Migas meluap namun tidak sebanding dengan Impor bahkan merugi ( Ketergantungan Impor ), Negara berjalan dengan anggarannya namun pinjaman luar negeri menambah hutang dan beban Rakyat( Ketergantungan hutang ).

Patut dikaji, memahami mengapa negara-negara yang kaya Sumber Daya Alam seperti Indonesia justru Gagal membangun Kemakmuran dan justru kebanyakan berpenduduk Miskin.?? Inilah sebuah Paradoks yang terjadi. Paradoks antara sumber daya alam yang melimpah di sebuah negara dan kemelaratan rakyat yang merata di dalam bangsa yang bersangkutan.

Pendiri bangsa menyadari benar bahwa masalah Indonesia tidak akan berhenti setelah proklamasi kemerdekaan. Imperialisme akan kembali dan telah kembali dengan segala macam cara untuk menguasasi negeri ini. Itulah mengapa berkali-kali dalam sebagian besar pidatonya Bung Karno mengatakan waspada nekolim….sekali lagi waspada nekolim. Itulah mengapa api perlawanan harus dinyalakan dan perjuangan harus terus dikobarkan. Menghadapi gempuran dahsyat neo-imperialisme yang berkedok Globalisasi, perlu kita menghidupkan kembali semangat Proklamasi. Ungkapan Bung Karno, pada peringatan Hari ulang tahun RI ke-5 tahun 1950 amat tepat untuk dihidupkan kembali lagi…” Semangat Proklamasi adalah semangat rela berjuang, berjuang mati-matian dengan penuh idealisme dan dengan mengesampingkan segala kepentingan diri sendiri. “ Semangat Proklamasi” adalah semangat persatuan, persatuan yang bulat mutlak dengan tidak mengecualikan sesuatu golongan dan lapisan. “ semangat Proklamasi “ adalah semangat membentuk dan membangun, membentuk dan membangun negara dari ketiadaan, dari kenihilan – tak lain tak bukan ialah karena kita ikhlas berjuang dan berkorban, karena kita mutlak bersatu, karena kita tak segan mengucurkan keringat untuk membentuk dan membangun. Dan manakala sekarang tampak tanda-tanda kelenturan dan degenerasi, kikislah bersih itu semua kuman-kuman kelenturan dan degenerasi itu, hidupkan kembali” semangat Proklamasi “.

Namun yang terjadi, negeri indah, elok, kaya ini dipecundangi oleh pemimpinnya yang berkolaborasi dengan badan-badan keuangan Internasional, korporat-korporat asing, perusahaan-perusahaan multinasional yang merampok kekayaan alam kita, merusak ekosistem kita, menjajah buruh-buruh kita dengan upah yang rendah. Pemimpin dan elit politik nasional masih banyak yang merelakan diri menjadi komperador neo-imperalisme.
Penjajah sudah tidak ada lagi, namun hakikat kemerdekaan sesungguhnya belumlah kita nikmati. Kita harus terus berjuang dan mengisi kemerdekaan ini dengan cara yang berbeda seperti yang dilakukan pendahulu kita, semangat proklamasi indonesia yang menjadi dasar, spirit untuk melawan kolonialisme – imperialisme dan feodalisme oleh bangsa sendiri. Semangat proklamasi sebagai sandaran nasionalisme bangsa indonesia amat sentral perannya dalam mendorong bangkitnya bangsa Indonesia. Karena itu, kita harus terus menggelorakan terus menerus semangat, paham, kesadaran nasionalisme di jiwa, hati, pikiran dan tindakan kita.

Salah satu wujud Nasionalisme dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara adalah memajukan ekonomi negara. Dengan majunya ekonomi indonesia, maka indonesia akan kembali jaya dan patut di bela dari ancaman musuh. Majunya ekonomi juga akan meningkatkan kebanggaan dan rasa cinta pada indonesia.

Belum ada Komentar untuk "56 Tahun Indonesia Merdeka : Sebuah Refleksi"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel