Potensi Ekonomi Desa Wisata Bumi Perkemahan
(Bukit Jelitiq dengan View Full pegunungan Rinjani dari Selatan- Utara)// Sub
Pengembangan wisata dengan tujuan semata motif ekonomi
berdalih demi kesejahteraan masyarakat sekitar masih mendominasi bentuk
pengembangan pariwisata kita. Padahal banyak hal lainnya juga yang mecakup
ketika kita memang hajatkan untuk pengembangan pariwisata. Konservasi alam,
kelestarian lingkungan, sampai pada penghijauan di lingkungan sekitar tempat
wisata itu sendiri, atau hal lainnya yang berkaitan dengan kearifan lokal dan
eksistensi identitas masyarakat sekitar, serta pemertahanan budaya di
wilayah-wilayah pengembangan pariwisata tersebut.
Pendekatan tradisional dalam pengembangan desa wisata yang
menyajikan keindahan alam, keramahan penduduk sekitar dengan kearifan lokal,
serta ada nilai-nilai historis yang menjadi daya tarik untuk pengembangannya.
Upaya menggaungkan desa wisata bukan semata-mata memunculkan destinasi baru
lalu memunculkan persepsi akan geliat perkembangan ekonomi masyarakat, akan
tetapi tujuan besar lainnya yaitu secara persuasif menggalakkan kelestarian
alam, ajakan untuk peduli lingkungan dan membudayakan tidak meninggalkan sampah
sembarangan ketika berwisata, atau pun juga pengembangan literasi dengan
menyediakan aneka bacaan menarik atau pun hal-hal monumental yang bisa
dijadikan pelajaran bagi pengunjung destinasi wisata.
Konsep-konsep seperti yang disebutkan di atas inilah yang
mendorong pemuda dusun mencoba ambil peran juga dalam memunculkan destinasi
baru dalam bentuk bumi perkemahan di lahan datar yang berada di dataran tinggi,
dengan pinggiran berbentuk tebing dan di bawahnya terhampar area persawahan,
serta pemandangan pegunungan Rinjani lurus ke depan yang bisa terlihat dari
ujung Timur hingga Barat-Dayanya.
Konsep bumi perkemahan yang dimaksudkan, karena wilayah
tersebut merupakan dataran tinggi yang cukup luas dan tidak dikelola lagi yang
dulunya merupakan area penggembalaan ternak. Lahan seluas sekira 6 hektar
tersebut cukup potensial untuk dikembangkan sebagai area bumi perkemahan,
ditambah lagi dengan upaya penghijauan lahan tersebut untuk ditanami
pohon-pohon kayu yang resisten terhadap panas.
Selain bumi perkemahan, pengembangan area bukit Jelitiq
tersebut untuk destinasi spot foto ataupun arena diskusi cukup potensial
sebagai tempat efektif untuk mengadakan pertemuan ataupun kegiatan-kegiatan
yang membutuhkan tempat bagi banyak orang. Konsep pengembangan literasi di area
tersebut bisa dikembangkan dengan membentuk taman baca berbentuk rumah Joglo di
tengahnya sekaligus sebagai aula untuk pertemuan. Taman baca sekaligus sebagai perpustakaan
masyarakat bisa diadakan dengan konsep penyediaan buku yang bisa dibaca di
tempat sembari menikmati keindahan pegunungan Rinjani serta sejuknya alam
sekitar.
Adapun untuk area olahraga di bagian depan sudah dijadikan
lapangan sepakbola, dan masih bisa dikembangkan untuk lapangan olahraga yang
lain seperti Volley, Bulutangkis, Takraw ataupun arena pentas Teater. Konsep
pelestarian alam dan pemanfaatan lahan juga bisa dikembangkan teknik bertani
holtikultura, sumber air PDAM dusun yang mengalir deras bisa diarahkan sampai
ke lahan-lahan tersebut sehingga semakin menambah keindahan view area tersebut
selain view pegunungan Rinjani.
Pengembangan destinasi wisata ini bukan semata-mata
memunculkan lahan untuk masyarakat berjualan, akan tetapi juga bentuk
pemanfaatan lahan dan akan menjadi pusat pengembangan pendidikan non formal di
area bumi perkemahan tersebut. Adapun motif-motif ekonomi seperti tempat
berjualan, ataupun jasa-jasa lainnya, hal itu menjadi tambahan saja untuk
ketersediaan di tempat wisata. Hal yang terpenting yaitu tentang pelestarian
alam, membudayakan gerakan bebas sampah di tempat wisata, serta upaya-upaya
untuk menyehatkan jiwa.
Di area tersebut juga bisa dikembangkan sebagai pusat
kegiatan-kegiatan pemuda yang berkaitan dengan pengembangan bakat ataupun
hal-hal yang bernilai ekonomi yang potensial untuk dikembangkan. Bukit Jelitiq
tersebut jika sukses dikembangkan sebagai bumi perkemahan, maka secara tidak
langsung juga sebagai arena pembelajaran bagi pengunjung yang ke sana untuk digalakkan
membawa minimal 3 bibit pohon dan ditanam di area tersebut sebagai
kenang-kenangan mereka pernah berada di sana.
Konsep bumi perkemahan ini juga bukan sekedar tempat
berkemah, tetapi bisa menjadi arena untuk mendidik pengunjung untuk merenungi
keindahan alam ciptaan Tuhan. Selain itu bisa disediakan peralatan untuk
membuat sketsa bagi yang suka menulis, ataupun sekali waktu bisa diadakan
kegiatan-kegiatan pengembangan literasi baik membaca ataupun pelatihan menulis
di area tersebut. Selain itu, pengembangan area pertanian holtikultura, hasil
dari itu bisa dijadikan sebagai penganan ataupun sajian untuk pengunjung yang
berminat untuk mencicipi hasil dari lahan pertanian tersebut.
Pengembangan wilayah, dibarengi juga dengan pengembangan
masyarakat yang sadar wisata untuk menjadikan destinasi wisata tersebut bukan
semata motif ekonomi, akan tetapi sebagai bagian dari upaya melestarikan
lingkungan berbasis komunitas.
Konsep lainnya yang bisa dikembangkan yaitu di area tersebut
bisa dijadikan sebaga arena pameran hasil kreatifitas kerajinan masyarakat yang
bisa juga dibeli oleh pengunjung, seperti tikar pandan, aneka gerabah, ataupun
kerajinan tangan lainnya yang diproduksi oleh masyarakat sekitar sebagai ciri
khas. Bisa juga di area tersebut sebagai tempat untuk menampung hasil kerajinan
masyarakat yang berbentuk besar lalu dibuatkan pengembangan aplikasi sebagai
tempat pemesanan aneka barang tersebut yang bisa dikonsepkan dengan nama
"Lambur". Lambur dari bahasa Sasak berarti halaman yang cukup luas.
Dari aplikasi "Lambur" bisa dijadikan sebagai media promosi sekaligus
penyedia bahan-bahan kerajinan masyarakat yang bisa dipesan melalui online.
Seperti kerajinan pagar bambu, Atap ilalang, atap daun kelapa, ketaring, dan
lainnya yang bisa dipajang di area tersebut.
Konsep-konsep ini menjadi bagian dari wisata edukasi dan
wisata budaya yang bisa dikembangkan, sekaligus sebagai arena pemberdayaan
masyarakat dalam peningkatan nilai ekonomi dari desa.
Tujuan secara praktisnya dari bumi perkemahan bukit Jelitiq
tersebut lebih kepada peemanfaatan lahan kosong di area bekas penggembalaan
ternak. Begitu juga dengan emberdayaan masyarakat dan peningkatan nilai ekonomi
melalui konsep wisata edukasi dan wisata budayanya. Kemudian pemertahanan
budaya dengan kembali menggaungkan kerajinan lokal adalah media promosi desa
untuk alternatif-alternatif upaya pengembangan wilayah, serta sebagai bagian
dari upaya menjaga kelestarian lingkungan dan kelestarian budaya.
Sasaran dari program pengembangan ini yaitu pemuda kampung
yang belum memiliki pekerjaan tetap yang akan menjadi pengelola. Begitu juga
dengan masyarakat pembuat kerajinan tangan sehingga ada wadah untuk pemasaran.
Pemerintah Dusun, Pemerintah Desa terkait bisa membangun sinergi dukungan
pengelolaan secara administratif sebagai bagian dari program pemerintah
memunculkan desa wisata di setiap tahunnya. Sementara anak-anak usia sekolah
sebagai sasaran yaitu untuk pengembangan Edukasi, Literasi melalui wadah
wisata, serta masyarakat sekitar untuk pemertahanan budaya, media pembelajaran
untuk melestarikan lingkungan.
Konsep Wisata Yang Berbeda
Konsep pengembangan yang bisa disajikan yaitu wisata
Edukasi. Konsep wisata sebagai pengembangan pendidikan dan peningkatan literasi
anak-anak usia sekolah, ataupun masyarakat umum melalui pendirian Rumah Baca,
penyediaan bahan bacaan di tempat wisata dengan dibangunkan Sebentuk Rumah
Joglo di tengah areal lahan sekaligus sebagai aula untuk pertemuan. Sedangkan
di tiap pinggir yang viewnya lagsung menjurus ke gunung Rinjani bisa dijejerkan
bangku panjang yang saling berhadapan dengan meja di tengahnya. Arena itu bisa
juga sebagai tempat diskusi bahkan acara-acara pengembangan edukasi lainnya.
Konsep selanjutnya yaitu wisata Budaya. Penyediaan arena
pameran hasil kerajinan tangan masyarakat berupa tikar pandan, gerabah, ataupun
aneka kerajinan tangan lainnya yang bisa langsung dibeli oleh pengunjung.
Bentuk Bumi Perkemahan, di bagian timur yang lebih luas bisa dijadikan sebagai
arena camping, ataupun kegiatan-kegiatan telusur alam oleh anak-anak Pramuka,
ataupun organisasi Pecinta Alam. kemudian bentuk Pertanian Holtikultura, di
samping penyediaan rumah baca dan aula pertemuan, lahan sekitarnya juga bisa
dijadikan area pengembangan pertanian holtikultura yang bisa menjadi pasokan
untuk kebutuhan sayuran dan bahan-bahan penganan yang bisa dibeli di area
wisata. Hasil dari pertanian holtikultura jadi penunjang untuk kebutuhan jasa
warung-warung di area wisata.
Sedangkan Konsep Start Up "Lambur", di sebelah
Selatan area wisata bisa dijadikan penampungan aneka kerajinan masyarakat dalam
bentuk besar, seperti kerajinan Pagar Bambu, atap ilalang, atap daun kelapa,
ketaring dan lainnya, yang bisa dijual secara online melalui aplikasi
"Lambur". Bentuk selanjutnya lagi yaitu Konsep Penghijauan Lahan,
luasnya area bumi perkemahan yang lapang dan kurangnya pepohonan bisa dijadikan
arena penghijauan bagi pengunjung bumi perkemahan yang membawa bibit-bibit
pohon. Di samping itu pemanfaatan lahan dengan penanaman pohon Kopi untuk
peneduh di beberapa titik sekaligus menjadi daya tarik pengunjung ke area
wisata.
Selain itu konsep Peternakan Lebah juga cukup cocok untuk
dikembangkan di area tersebut. Di beberapa titik lahan juga bisa dijadikan
sebagai area untuk penempatan kotak-kotak lebah madu Trigona. Budidaya lainnya
bisa juga yaitu Budidaya Jamur Tiram, di bagian lain lahan yang masih kosong
bisa dimanfaatkan juga untuk budidaya jamur Tiram sebagai pasokan penganan di
area, untuk pembuatan jamur Crispy, ataupun aneka olahan jamur lainnya.
Sementara itu Gelanggang Olahraga, di area depan yang sudah
ada yaitu lapangan Sepak bola, selanjutnya bisa juga ditambahkan dengan
Lapangan Volley yang bisa digabungkan sekaligus dengan lapangan Bulutangkis
dengan dinding-dinding penutup yang bisa dibongkar pasang sehingga menjadi
lapangan indoor.
Pengelolaan
Konsep pengelolaan diupayakan penuh melalui mekanisme
pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diisi oleh anak-anak muda
Dusun Lengkok Lendang berkoordinasi dengan Pemuda-pemuda dusun lain di sekitar
Desa Tembeng Putik, didukung juga dengan kolaborasi para stakeholder potensial
lainnya yang bisa dijadikan mitra untuk pengembangannya. Adapun Struktur
pengelolaannya dipilih melalui mekanisme musyawarah terlebih dahulu yang akan
dilakukan.
Sumber pendanaan untuk pengembangan desa wisata masih
tersebut sebenarnya bisa diupayakan swadaya masyarakat yang ingin terlibat,
disamping mencoba mencari donatur-donatur potensial yang bisa diajak kerjasama
memulai program pemberdayaan ini. Anggaran desa wisata dari pemerintah Desa
masih dicoba untuk telusuri atas ketersediannya untuk mendukung pengembangan
Desa wisata ini. Desa Tembeng Putik juga merupakan salah satu dari 99 desa
wisata yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Lombok Timur melalui Badan Promosi
Pariwisata Daerah.
Konsep wisata yang disandingkan dengan program edukasi akan
menjadi sebuah filantropi yang cukup berhasil jika digeluti secara serius.
Terlebih potensi-potensi tersebut tak kalah menariknya dengan tempat-tempat
lain yang sudah sukses lebih dahulu mengembangkan konsep-konsep wisata berbasis
alam dan tempat untuk perkemahan dalam gerakan kembali ke alam. Terlebih view
atau spot foto yang biasa menjadi jualan lokasi-lokasi wisata cukup terpenuhi
dengan pemandangan sawah terhampar di bawah tebingnya, lalu pegunungan Rinjani
dari ujung ke ujung juga bisa dinikmati. Udara yang cukup segar juga menjadi
poin lebih pengembangan lahan tersebut sebagai lokasi wisata.**
f- Sekelompok Anak-anak sedang bercengkrama di bukit Jelitik tersebut
Belum ada Komentar untuk "Potensi Ekonomi Desa Wisata Bumi Perkemahan"
Posting Komentar