Politik dan Momentum Idul Fitri
Penulis : Ahmad Yani (Alumni Mahasiswa Ekonomi Universitas Mataram ).
Secara esensial Politik adalah system dan pola hidup kolektif yang mempunyai cita-cita terwujudnya kebahagian bersama. Kesejahteraan ekonomi, Stabilitas politik, Keadilan hukum, dan keamanan social dan seterusnya adalah cita-cita dan impian seluruh warga Negara.
Namun, semua tujuan dan cita-cita tersebut hanya menjadi Angan-angan kosong karena realitas Politik keserakahan para elit politik di tanah air.
Ketika para elit politik lebih menonjolkan keserakahan dan hasrat pragmatisme politik. Nilai-nilai luhur yang menjadi cita-cita bersama itu telah tergantikan oleh ambisi, Nafsu dan Syahwat kekuasaan politik jangka pendek yang terlalu rakus dari para elit politik.
Kita bisa saksikan dengan telanjang mata, Ketika mereka mendapatkan amanah dari rakyat untuk menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat.
Praktis tugas mulia yang diamanahkan kepada mereka berubah menjadi tugas hanya untuk kesenangan-kesenangan dangkal, Kepentingan jangka pendek, alat untuk mengeruk kekayaan secara pribadi, kelompok, primornial, bukannya kesejahteraan, dan kebahagian bersama untuk seluruh warga masyrakat, terutama masyarakat kecil.
Perilaku tidak bermoral dan koruptif dipertontonkan secara telanjang dan terbuka oleh Para elit politik, Mulai dari tingkat Pusat dan daerah.
Negara yang seharusnya ada menemani dan mendampangi masyarakatnya dalam menghadapai berbagai persoalan hidup yang semakin berat – Mulai dari Kemiskinan yang akut, Pengangguran yang semakin meningkat, Harga kebutuhan pokok yang semakin tidak terjangkau, Biaya kesehatan dan pendidikan yang makin mahal, kesenjangan social yang terjadi secara terbuka, Hilangnya Kepastian dan keadilan hukum – kepastian dan keadilan hukum hanya bagi mereka yang memilki kuasa dan modal, dan tidak terlindungi hak-hak masyarakatnya di luar negeri.
Masyarakat harus dihadapkan dan dipaksa untuk menghadapi realitas kehidupan yang semakin berat, tanpa kehadiran Negara (Pemimpin), dalam memberikan dan menciptakan solusi untuk menjawab serta mengurangi kehidupan yang semakin berat dihadapi masyarakatnya.
Justru yang terjadi sebaliknya, Publik disuguhkan dengan Perilaku koruptif dan keserakahan yang luar biasa dari para elit politik – Skandal dan kasus korupsi para elit politik semakin tumbuh subur bak jamur di musim hujan.
Anggaran Negara yang seharusnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, hanya habis untuk dikeruk dan memuaskan nafsu keserakahan para elit politik
Lihat saja, Korupsi yang dilakukan Mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Nazaruddin. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ) total dana yang di korupsi lebih dari 6 triliun rupiah dalam berbagai proyek di berbagai kementerian yang dibiayai dari APBN. Kasus Bank Century yang nilai oleh DPR sebagai tindakan korupsi serta merugikan keuangan Negara senilai lebih dari 7.5 triliun rupiah.
Dan kasus-kasus korupsi lainnya yang tidak penulis sebutkan karena terlalu banyaknya kasus korupsi.
Belum lagi, Kebijakan yang dibuat sendiri oleh DPR terkait anggaran untuk mereka sendiri – Gaji dan tunjangan terus meningkat, Anggaran studi Banding ke luar negeri yang mencapai 18 triliun rupiah lebih besar dari anggaran jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (Jaskesmas) hanya 9 triliun rupiah. Jelas merupakan bentuk ketidakpekaan, ketidakberpihakan, dan tidak empatinya para elit politik ditengah kemalangan dan kenestapaan yang dihadapi masyarakatnya.
Tidak terhitung berapa banyak Mantan Pejabat dan Pejabat yang harus mendekam dihotel prodeo (Penjara) – Mulai dari Menteri, Anggota DPR/DPRD, Gubernur, Walikota, Bupati dan Para Birokrat, karena terlibat penyelewangan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Di manakah Etika, dan Moralitas Para elit Politik ?. Etika dan Moralitas Politik yang merupakan bagian dari sebuah Essensi Politik, yang bertujuan untuk kemakmuran dan kesejahteraan Masyarakat, hanya menjadi sebuah angan-angan kosong bagi masyarakat.
Jangan Salahkan Masyarakat kemudian, Jika Para elit Politik telah kehilangan legitimasi dan kepercayaan dari masyarakat!!.
Momentum Idul Fitri
Puasa sebagai ibadah maghdah atau hubungan dengan Allah berkorelasi positif dengan ibadah ghairu mahdah, yang berkaitan dengan hubungan kemanusiaan. Bulan yang penuh tarbiyah ini tidak sekadar bulan pengabdian dan kepasrahan kepada Allah sebagai hamba-Nya, secara sosial bulan puasa juga sebagai momen yang memberi kesadaran dan pelajaran bagi seluruh umat Islam untuk berbagi dan peduli terhadap sesama.
Kepasrahan secara totalitas ini sebagai wujud pengabdian kepada Allah, tidak sekadar menjadi ritus tak berdimensi terhadap kepekaan bagi orang yang melaksanakan puasa. Maka, pada gilirannya puasa mampu memperkokoh keimanan transendental (hablum minallah) dan sosial (hablum minannas). Kurang sempurna puasa seseorang jika hanya puasanya ditujukan untuk mendapatkan pahalanya Tuhan, sementara abai terhadap persoalan sosial yang mendera belakangan ini.
Apalagi mereka adalah Para Pemimpin (Elit politik) yang mendapatkan Amanah dari masyrakat untuk mengatur, mengurus dan menjawab apa yang menjadi persoalan dan kebutuhan masyarakat yang dipimpinya.
Dalam Al-Qur”an Pun Allah SWT telah menegaskan bahwa ada tujuh orang yang akan mendapatkan Naungan Allah pada Akhirat Kiamat, ketika seseorang dengan yang lainnya tidak bisa saling membantu, Kecuali Pertolongan Allah yaitu Para pemimpin yang Adil dan Amanah.
Indonesia, Negara dengan Populasi umat Muslim terbesar di dunia – Praktis praktek-praktek Koruptif, Penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan, Manipulatif, dan perilaku tidak bermoral lainnya dari para elit Politik – yang sebagian besar dari mereka mengaku memeluk Islam (Islam KTP).
Padahal Islam melarang dan melaknat para pemimpin (elit politik) yang melakukan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang telah diamanahkan kepada mereka oleh masyarakat. Hanya untuk memenuhi ambisi, nafsu, syahwat kekuasaan jangka pendek para elit politik. Sementera masyarakat yang harus diurus, ayomi, dibela, disejahterakan dibiarkan mati secara pelan-pelan. Allah SWT dalam Al-Qur”an pun telah menegaskan “Setiap Kepemimpinan akan di Minta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat. Terkait apa yang telah dipimpinnya,”.
Oleh sebab itu, Momentum Idul Fitri adalah Momentum yang tepat bagi umat Muslim untuk melakukan pembenahan diri, memperbaiki diri, Meninggalkan sifat-sifat hewaniyah (Rakus, tamak, Gila kekuasaan atau dunia, Menghalalkan segala cara, dan Perilaku tidak bermoral lainnya) yang bisa merugikan Bangsa dan Masyarakat luas. Seperti Potret Koruptif yang sedang dipertontonkan oleh Para elit politik kita saat ini. Semoga kita semua kembali kepada Fitrah yang suci, terbebas dari segala dosa dan noda. Seperti anak bayi yang baru dilahirkan ke dunia, bersih dan suci……Amin…
Belum ada Komentar untuk "Politik dan Momentum Idul Fitri"
Posting Komentar