Mengintip Joki Cilik Penunggang Kuda Profesional
Mengintip Joki Cilik Penunggang Kuda ProfesionalSempat Patah Kaki, Trauma, Tapi Jadi Hobi
Kawasan Pesisir Pantai Pondok Krakat, Desa Pohgading Timur, sepanjang 500 meter disulap jadi landasan pacu arena balap kuda. Sejumlah joki bersiap dengan kuda tunggangan masing-masing digaris star. Mereka siap saling memacu adrenalin.
------------------------------
AHMAD YANI—LOMBOK TIMUR
------------------------------
Dari even “Tetulak Pesisi” di gelar Pantai Krakat, Arong-arong jaran
atau pacuan kuda paling menyedot perhatian. Adu ketangkasan dan
kecepatan antara kuda-kuda dari pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Tak
kurang pacuan kuda itu diikuti sebanyak 20 joki. Sebagian besar dikuti
joki cilik dengan usia 7 – 10 tahun. Mereka berasal dari berbagai
kabupaten kota di NTB. Kegiatan pacuan kuda tersebut berlangsung selama satu pekan.
Jadi puncak grand final mempertemukan para joki cilik
tersebut. Mereka sudah jadi joki cilik profesional.
Terlihat tanpa pengamanan tubuh memadai misalnya kepala tanpa helm, dan hanya memakai penutup wajah. Empat joki cilik bersiap memacu adrenalin. Mereka akan buktikan siapa jadi terbaik di kelas tersebut.
Dengan kuda tunggangan masing-masing, Para joki cilik itu meleset kencang. Tak kala, Juri angkat bendera star dan meniup pluit.
Riuh rendah penonton berada di luar landasan. Penonton meneriakkan nyel-nyel dukungan kepada jaogan masing-masing.
Alhasil. Setelah sekian menit para joki beradu ketangkasan di
landasan. Habibi, Joki cilik asal Sekarbela, kota Mataram dengan kuda
tunggangan bernama Krisna, tampil jadi juara.
Habibi sudah jadi joki cilik profesional. Berbagai even pacuan kuda
sudah diikutinya. Landasan pacu berbagai lokasi misalnya lapangan dan pesisir pantai sudah dijajalnya. Apa dilakukan Habibi tersebut bukan tanpa resiko. Sejumlah insiden
sudah pernah dialaminya. Bahkan, dia sempat mengalami patah kaki, dan mengalami trauma.
tersebut. Mereka sudah jadi joki cilik profesional.
Terlihat tanpa pengamanan tubuh memadai misalnya kepala tanpa helm, dan hanya memakai penutup wajah. Empat joki cilik bersiap memacu adrenalin. Mereka akan buktikan siapa jadi terbaik di kelas tersebut.
Dengan kuda tunggangan masing-masing, Para joki cilik itu meleset kencang. Tak kala, Juri angkat bendera star dan meniup pluit.
Riuh rendah penonton berada di luar landasan. Penonton meneriakkan nyel-nyel dukungan kepada jaogan masing-masing.
Alhasil. Setelah sekian menit para joki beradu ketangkasan di
landasan. Habibi, Joki cilik asal Sekarbela, kota Mataram dengan kuda
tunggangan bernama Krisna, tampil jadi juara.
Habibi sudah jadi joki cilik profesional. Berbagai even pacuan kuda
sudah diikutinya. Landasan pacu berbagai lokasi misalnya lapangan dan pesisir pantai sudah dijajalnya. Apa dilakukan Habibi tersebut bukan tanpa resiko. Sejumlah insiden
sudah pernah dialaminya. Bahkan, dia sempat mengalami patah kaki, dan mengalami trauma.
“Tapi memang saya hobi,” katanya.
Acap kali tak kala siap bertanding. Rasa takut kerap menghantui dirinya. Tetapi rasa takut tersebut selalu dilawan. Jika rasa khawatir dan takut tidak lawan, dipastikan performa penampilan dipastikan tidak maksimal.
Habibi sudah jadi joki cilik sejak usia 5 tahun. Dirinya saat ini
duduk di kelas VI SD tersebut sudah jajal berbagai arena pacuan kuda di NTB. Rencana tahun 2019 Habibi akan mewakili NTB dalam pacuan kuda tingkat nasional akan digelar di Bogor, Jawa Barat.
Menjadi joki diwarisin dirinya dari orang tua. Ayahnya, Ahmad Fuad, Pertama kali mengenalkan Habibi olahraga membutuhkan keberanian dan adrenalin cukup tinggi tersebut.
Ahmad Fuad juga mantan joki profesional. Habibi menuturkan, meski tidak sedang mengikuti even balap atau pacuan kuda. Dia selalu rutin untuk meningkatkan skill dan ketangkasan dirinya.
Ahmad Fuad juga mantan joki profesional. Habibi menuturkan, meski tidak sedang mengikuti even balap atau pacuan kuda. Dia selalu rutin untuk meningkatkan skill dan ketangkasan dirinya.
Pesisir pantai Meninting, Lombok Barat biasanya dijadikan lokasi dirinya untuk latihan. Sebagai joki cilik profesional, Tentunya Habibi memperoleh pundi-pundi rupiah dari aktivitas dilakoni tersebut.
Dari setiap even diikuti biasanya dirinya memperoleh honor atau penghasilan berkisar 2,5 juta hingga 3 juta. Itu juga biasanya sangat
tergantung dari beberapa kali dirinya harus turun berlaga dalam satu
even.
“Cukup untuk biaya sekolah,,” ungkapnya.
Meski terkadang Habibi juga harus bolos sekolah tak kala mengikuti even pacuan kuda. Tetapi biasanya even pacuan kuda ikuti dirinya saat libur sekolah.
tergantung dari beberapa kali dirinya harus turun berlaga dalam satu
even.
“Cukup untuk biaya sekolah,,” ungkapnya.
Meski terkadang Habibi juga harus bolos sekolah tak kala mengikuti even pacuan kuda. Tetapi biasanya even pacuan kuda ikuti dirinya saat libur sekolah.
Dengan skill, keterampilan dan ketangkasan Habibi sebagai joki profesional, Habibi di kontrak para pemilik kuda untuk menunggangi kuda milik tersebut pada even-even tertentu.
Pasalnya, para pemilik kuda tak sembarangan dalam memilih joki dipercaya jadikan kuda milik tersebut sebagai kuda tunggangan. Karena tentunya jika kuda itu berhasil mengalahkan kuda lainnya dan membuktikan ketangkasannya, Maka harga jual kuda tersebut bisa
melonjak.
Pasalnya, para pemilik kuda tak sembarangan dalam memilih joki dipercaya jadikan kuda milik tersebut sebagai kuda tunggangan. Karena tentunya jika kuda itu berhasil mengalahkan kuda lainnya dan membuktikan ketangkasannya, Maka harga jual kuda tersebut bisa
melonjak.
Sehingga ketangkasan dan keunggulan kuda tersebut juga sangat dipengaruhi oleh siapa jadi joki kuda tersebut.
Dengan begitu, Para pemilik kuda harus cermat, jeli dan teliti dalam memilih joki tersebut.
Dengan begitu, Para pemilik kuda harus cermat, jeli dan teliti dalam memilih joki tersebut.
“Dan biasanya di even-even tertentu, Habibi di kontrak para pemilik
kuda sebagai joki kudanya,” ungkap Ayah Habibi, Ahmad Fuad.
Begitu juga disampaikan Eza, Joki cilik lainnya asal Masbagik.
Dalam berbagai even pacuan kuda diikuti dirinya. Dengan pengamanan sangat minim. Resiko para joki cilik tersebut tidak kecil.
kuda sebagai joki kudanya,” ungkap Ayah Habibi, Ahmad Fuad.
Begitu juga disampaikan Eza, Joki cilik lainnya asal Masbagik.
Dalam berbagai even pacuan kuda diikuti dirinya. Dengan pengamanan sangat minim. Resiko para joki cilik tersebut tidak kecil.
Tetapi beruntung hingga saat ini dirinya belum pernah mengalami luka cukup serius. Ia hanya beberapa kali mengalami luka lecet.
Meski banyak resiko sering kali menghantui para joki cilik tersebut.
Mulai dari patah kaki maupun patah tangan tak kala terjatuh dari kuda tunggangannya.
Dengan kesiapan dari tim maupun orang tuanya, Biasanya para joki cilik itu bisa segera pulih dengan obat-obat tradisional sudah dipersiapkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan joki tersebut luka lecet maupun luka serius.
“Meski terkadang jatuh, dan takut. Tetapi karena hobi, iya tanding lagi,”pungkas***
f-
Adu Tangkas : Salah satu joki cilik sedang meleset dengan kuda
tanggungannya
Meski banyak resiko sering kali menghantui para joki cilik tersebut.
Mulai dari patah kaki maupun patah tangan tak kala terjatuh dari kuda tunggangannya.
Dengan kesiapan dari tim maupun orang tuanya, Biasanya para joki cilik itu bisa segera pulih dengan obat-obat tradisional sudah dipersiapkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan joki tersebut luka lecet maupun luka serius.
“Meski terkadang jatuh, dan takut. Tetapi karena hobi, iya tanding lagi,”pungkas***
f-
Adu Tangkas : Salah satu joki cilik sedang meleset dengan kuda
tanggungannya
Belum ada Komentar untuk "Mengintip Joki Cilik Penunggang Kuda Profesional"
Posting Komentar