Aktivitas Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia
Dari Aktivitas Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo)
Jembatan Komunikasi Kebutuhan Khusus Tuli
Keberadaan komunitas tersebut sebagai upaya belajar budaya tuli. Lalu seperti apa kiprah dari komunitas Bisindo tersebut.
_________________
AHMAD YANI—MATARAM
___________________
Yuraeda Mufidah, Mahasiswa Universitas Mataram itu nampak aktif memainkan gerak tangan dengan berbagai bentuk dan simbol, disertai mimik wajah beragam ekspresi. Dia berikan isyara tangan, dan beragam ekspresi wajah dihadapan sejumlah anak.
Dengan telaten dan cekatan, Yuraeda menjelaskan berbagai hal dikatakan dengan isyarat gerak tangan dan mimik ekspresi.
Anak-anak tersebut penyandang berkebutuhan dengan gangguan pendengaran atau Tunarungu. Yuraeda jadi salah satu relawan tergabung di komunitas Bisindo.
Mereka tergabung dalam komunitas Bisindo juga sebagian besar penyandang berkebutuhan khusus gangguan pendengaran
“Komunitas Bisindo ini menjadi teman tuli sebagai pengajar dan teman belajar langsung bahasa isyarat dari punya bahasa ibu (Teman Tuli),” katanya.
Dia memberikan materi dasar terkait Bisindo, Mulai dari mengenal huruf dengan bahasa isyarat tangan, hingga isyarat untuk komunikasi yang biasa digunakan sehari-hari bagi penyandang kebutuhan khusus dengan gangguan pendengaran.
Dia menjelaskan, di Indonesia terdapat dua bahasa yang digunakan oleh masyarakat tuli dan non-wicara, Yakni antara sistem isyarat Bahasa Indonesia (Sibi) dengan Bisindo.
Namun, katanya, dikalangan penyandang kebutuhan khusus gangguan pendengaran Bahasa Bisindo lebih mudah dipahami.
Pasalnya memang Bisindo lebih mengedepankan dan menekankan kepada aspek gesture dan ekspresi.
Sehingga Bisindo lebih mudah dipahami dan dicerna oleh teman tuli.
“Karena lebih peka dengan visual, Bisindo lebih bermakna dan mudah dipahami,” ungkapnya.
Komunitas Bisindo itu tersebar di kota Mataram saja sebanyak 44 orang. Belum terhitung anggota komunitas ada di kabupaten kota di NTB. Masing-masing daerah memiliki sebaran anggota komunitas tersebut.
Dengan keberadaan komunitas itu juga sebagai upaya belajar budaya tuli. Dibentuknya komunitas Bisiondo dilatar belakangi karena akses komunikasi dan aksesabilitas yang ramah difabel Tuli masih terbatas.
Tujuan dengan ada komunitas ini dapat menyadarkan masyarakat dengar mengenai budaya Tuli baik secara budaya komunikasi dan budaya lainnya. Tujuan lainnya adalah sehingga kedepannya nanti teman Dengar yang sudah mahir dan paham budaya Tuli bisa menjadi jembatan komunikasi untuk teman Tuli dengan menjadi Juru Bahasa Isyarat (JBI) di berbagai acara seminar, workshop, dan berbagai aktivitas sehari-hari.
“Kita jadi jembatan komunikasi teman tuli dan masyarakat non tuli,” ujarnya.
Bukan tanpa hambatan dan kendala apa dilakukan komunitas Bisindo. Hambatan yang di hadapi banyak teman Dengar masih belum paham budaya Tuli. Jadi perlu proses belajar budaya mendasar dari Tuli sendiri.
Sehingga teman Dengar bisa memandang persepsi dari Tuli langsung. Hambatan lainnya adalah, teman Tuli masih terbatas kosakatanya. Jadi perlu di jelaskan dengan contoh sehingga teman Dengar dapat belajar lebih.
“Tantangan terbesar adalah perspektif masyarakat belum terbuka dengan bahasa dan budaya tuli,” imbuhnya.
Dia mengakui, Sebagian besar masyarakat masih berpandangan aneh dengan bahasa isyarat Indonesia.
Sehingga pihaknya perlu terus memberikan pemahaman dan edukasi kepada masyarakat luas terkait penting Bisindo.
Ia menuturkan, Bagaimana ketika komunitas Bisindo membuka stan di Car Free Day (CFD) di Udayana maupun berbagai kegiatan lainnya. Ada teman dengar yang cuma lihat-lihat saja saat pihak buka stand untuk belajar bisindo dan mereka takut belajar. Padahal pihak sangat terbuka.
Namun disadari masyarakat belum familiar dengan bahasa isyarat Indonesia tersebut.
Kedepan pihaknya berharap, Apa dilakukan komunitas Bisindo bisa terus berkembang dan maju. Sehingga menghasilkan masyarakat yang ramah disabilitas dan inklusif serta berharap ke depan nya akses informasi baik berupa teks dan juru bahasa isyarat (JBI) terbuka lebar untuk teman Tuli di ranah publik.
“Sehingga kesetaraan hak mendapatkan informasi antara Tuli dengan dengar dapat tercapai,” pungkasnya.***
f-
Dedikasi : Yuraedah Mufidah (Jilbab dan kacatamata.red), melatih dan mengajarkan ke sejumlah anak Bahasa Isyarat Indonesia. Dia jadi salah satu anggota relawan tergabung dalam komunitas Bisindo.
Belum ada Komentar untuk "Aktivitas Komunitas Belajar Bahasa Isyarat Indonesia"
Posting Komentar