Bencana dan Hati Nurani Pemimpin
Penulis : Ahmad Yani ( Pemerhati Masalah Sosial dan Politik )
Kondisi Indonesia akhir-akhir ini Ibarat Kapal tanpa Arah, termasuk hilangnya Kepekaan Sosial Para Pemimpin. Hal ini diakibatkan kian terdegradasi nilai-nilai kemanusiaan yang dimiliki oleh Para Pemimpin negeri ini dalam kehidupan kita berbangsa dan bernegara.
Bencana yang datang silih berganti Menerjang Negeri ini – Mulai Bencana Sinabung, Banjir Bandang Wasior Papua, Gempa Bumi dan Tsunami Mentawai Sumatera Barat, dan Erupsi Gunung Merapi Yogjakarta – tidak juga mampu untuk menyadarkan Hati Nurani para Pemimpin negeri ini bahwa Rakyatnya sedang tergeletak tak berdaya menghadapi berbagai kesulitan dan Penderitaan yang amat sangat hebat akibat berbagai Bencana yang terjadi, Justru semakin Banyak para Pemimpin di Negeri ini yang melakukan Lawatan keluar negeri dengan berbagai macam dalih pembenaran.
Kepemimpinan adalah Penghibur, Pelindung dan Pengayom bagi Rakyat yang di pimpinnya.
Kekuatan seorang Pemimpin terletak pada kekuatan hati nurani dan Empati sosial untuk bisa turut serta merasakan denyut nadi kehidupan rakyat yang dipimpinnya, baik dalam keadaan senang maupun lebih-lebih dalam keadaan duka. Tetapi tampaknya yang menjadi inti kekuatan Moral para pemimpin yang terletak pada Hati Nuraninya sedikit demi sedikit telah hilang.
Kita saksikan Pola tingkah yang dilakukan oleh Para Anggota DPR – yang notabenenya mereka adalah wakil rakyat – di tengah kesulitan dan Penderitaan yang amat hebat terhadap rakyatnya akibat berbagai bencana yang terjadi – tidak menyurutkan langkah mereka untuk terus melakukan lawatan ke luar Negeri dengan Alasan Studi Banding.
Intensitas para Anggota DPR untuk melakukan Studi Banding keluar Negeri semakin menggila dan tak terbendung di tengah kondisi di dalam negeri yang sedang di rundung duka dan nestapa. Para Anggota DPR telah Buta dengan Kondisi menimpa Rakyatnya serta Tuli dengan berbagai Kririkan dan cibiran yang dialamatkan kepada Para Wakil yang terhormat.
Dalam satu Bulan ini saja – tak terhitung Studi Banding yang dilakukan oleh Para Anggota DPR ke luar Negeri – Studi Banding RUU Pramuka ke Afrika Selatan, Studi Banding RUU Holtikutura ke Belanda, Studi Banding RUU tenaga kerja ke Korea dan Jepang, Studi Banding Etika ke Yunani.
Bahkan ketika korban Tsunami dan Merapi terus berjatuhan para Anggota DPR lebih memilih melakukan Kunjungan kerja ke Arab Saudi dan sejumlah negara lainnya. Ketika Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami Mentawai Sumatera Barat belum selesai dan Erupsi Merapi yang terus menggeliat dan memakan Korban Rakyat sipil – Anggota DPR malah merencanakan Studi Banding lagi Ke luar negeri, seperti yang di beritakan sejumlah Media Massa Nasional.
Sungguh sangat Ironis kehidupan di Negeri ini, terutama kehidupan Rakyat yang di Wakilkan dengan kehidupan mereka yang katanya menjadi ”wakil Rakyat”.
Dan yang lebih menyakitkan lagi dan mengoyak rasa keadilan Rakyat adalah Alokasi Anggaran Negara, yang notabenenya berasal dari pajak yang dibayar oleh Rakyat kepada Negara – Seperti yang dilansir oleh berbagai Media Massa Nasional, Alokasi anggaran untuk Biaya Studi Banding ke Luar Negeri bagi Anggota DPR selalu mengalami Peningkatan yang sangat Signifikan tiap tahunnya – untuk tahun 2010 ini saja anggaran untuk Biaya Studi Banding para Anggota DPR menembus angka Rp. 19 Triliun, Melebihi anggaran untuk Jaminan kesehatan Bagi Masyrakat Miskin ( Jamkesmas ) hanya mencapai Rp. 12 Triliun.
Kita juga Saksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kembali Menghadiri Puncak Pertemuan Asean di Vietnam, setelah hanya menyempatkan diri kembali ke Tanah Air untuk Meninjau Para Korban Gempa Bumi dan Tsunami di Mentawai – Padahal Bencana tersebut meluluh lantakkan sendi-sendi Kehidupan Masyrakat Mentawai dan Merenggut Nyawa lebih dari 500 orang. Kenapa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak memilih untuk tetap tinggal di dalam negeri dan tidak bertolak lagi ke Vietnam ??, Presiden bisa langsung memimpin secara cepat dan tepat operasi Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana yang terjadi di Mentawai. Tetapi itu tidak di lakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dia lebih memilih untuk kembali menghadiri Pertemuan Puncak Asean di Vietnam.
Sikap dan Polah tingkah Pemimpin yang Paling Anyir dan Mendapatkan Reaksi keras di Tanah Air adalah Keberangkatan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno untuk Kunjungan Kerja ke Jerman – di tengah Tanggap Darurat Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Tsunami masih berlangsung di Mentawai. Mentawai yang merupakan bagian dari Propinsi Sumatera Barat.
Lalu Pertanyaanya, di manakah sentisitivitas para Pemimpin yang mengedepankan Hati Nurani ??. Kepergian irwan Prayitno ke Jerman di tengah Penderitaan dan Nestapa yang menimpa Rakyat Pulau Mentawai, Membuktikan Gubernur Irwan Prayitno telah mengingkari janji-janji Kampanye Politiknya ketika Pemilihan Gubernur Sumatera Barat.
Pada suatu acara Debat Kandidat Calon Gubernur Sumatera Barat yang di Siarkan secara Langsung oleh Salah satu Stasiun TV Swasta Nasional. Dalam acara tersebut Salah Satu Fanelis Effendy Ghazali bertanya kepada Para Kandidat termasuk Irwan Prayitno – “ Sumatera Barat Punya Pengalaman dengan Kepemimpinan Gubernur sebelumnya, yang meninggalkan Rakyat Sumatera Barat untuk menjadi Menteri, di saat yang sama Masyrakat Sumatera Barat di timpa Bencana Gempa Bumi yang sangat dahsyat dengan kekuatan 7.9 Skala Richter yang meluluh lahtahkan Padang, Pariaman, dan sekitarnya –
Apa yang akan dilakukan oleh Para Kandidat Calon Gubernur jika Rakyatnya tertimpa Bencana pada saat yang sama Para Kandidat mendapatkan Tawaran Jabatan yang lebih tinggi atau ada Pekerjaan yang harus dilakukan di luar Provinsi Sumatera Barat ? ”.
Dengan Spontan Irwan Prayitno salah satu kandidat Gubernur Sumatera Barat yang di Usung oleh PKS, Hanura, PAN Menjawab “ Demi Rakyat Sumatera Barat, Dia akan Memilih selalu bersama Rakyat Sumatera Barat “. Sikap dan Polah tingkah yang ditunjukkan Irwan Prayitno merupakan gambaran secara umum kepemimpinan yang ada di Indonesia – Para Pemimpin begitu Mudahnya melupakan bahkan mengingkari Janji-janji Politiknya yang disampaikan kepada Rakyat sebelum mereka terpilih menjadi Pemimpin.
Irwan Prayitno yang baru beberapa Bulan menjabat sebagai Gubernur Sumatera Barat, dengan begitu mudahnya mengingkari dan melupakan apa yang pernah dia sampaikan kepada Rakyat Sumatera Barat.
Yang menjadi Pertanyaan Penulis Kemudian, Apakah Irwan Prayitno akan bisa di percaya lagi untuk memenuhi segala janji-janji Politiknya lima tahun ke depannya untuk memberikan yang terbaik bagi Rakyat Sumatera Barat ?. Kepergian Irwan Prayitno ke Jerman dalam kondisi Tanggap Darurat Bencana Tsunami Mentawai, jelas menunjukkan Irwan Prayitno menjadikan Penderitaan dan Kesulitan Rakyat sebagai Prioritas Nomor Dua yang bisa di Kompromikan.
Kata lebih Tajam daripada Pedang – Dua hari Pasca Tsunami yang terjadi di Mentawai, Ketua DPR RI Ali Marzuki Ali mengatakan “ Bencana Alam seperti Tsunami merupakan Resiko warga yang tinggal di pulau seperti Mentawai.
Jika tidak ingin menghadapi Resiko itu sebaiknya Pindah. Kalau tinggal di Pulau itu sudah tahu berisiko, Pindah sajalah “. Kata Marzuki dengan Entengnya.
Pernyataan Ketua DPR tersebut, sangat jelas tidak mewakili empati sosial yang sedang bergulir di negeri ini. Semestinya sebagai Pimpinan DPR RI Marzuki Ali mengucapkan sesuatu yang bersifat empati dan menawarkan Solusi terhadap persoalan yang menimpa Masyrakat Mentawai. Bukan menambah dengan kata-kata.
Rupanya di Indonesia, Dalam hal membantu sesama yang menderita, pemimpin kita selalu kalah cepat dibandingkan rakyat kecil.
Kalah gesit dibanding orang-orang tanpa pangkat dan jabatan. Bahkan kalah cerdas dibandingkan kaum kebanyakan. Itulah bencana yang lebih mengerikan dibanding bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gempa bumi atau tsunami. Bencana terbesar di Indonesia, termasuk di kampung kita -- dari waktu ke waktu justru bencana kemanusiaan. Bencana yang disebabkan ketidakpedulian atau keangkuhan para Pemimipin yang sudah kehilangan Hati Nurani.
Belum ada Komentar untuk "Bencana dan Hati Nurani Pemimpin"
Posting Komentar