Doa dan Puasa Untuk Bangsa

Penulis : Ahmad Yani (Alumni Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Mataram ). 

 Tokoh-tokoh lintas Agama dan Tokoh Intelektual terus menunaikan tugas moral Kecendikiawanan, Untuk menyerukan kebenaran tentang kondisi bangsa yang sedang menghadapi carut marut. Bentuk keprihatinan para tokoh lintas Agama terkait kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kian mengkhawatirkan, diekspresikan oleh para tokoh lintas agama dengan menggelar Doa dan Puasa di depan Kantor Istana Negara. 

 Menurut rencana Doa dan Puasa tersebut akan digelar selama tiga hari berturut-turut untuk memohon dan meminta Kepada ALLAH SWT, Agar Ibu pertiwi yang sedang dalam kondisi berbahaya dan dikuasai oleh Para pemimpin yang bermental Mafia dan rampok, Untuk segera diselamatkan, serta diberikan kekuatan untuk perubahan dan pencerahan menuju kehidupan bangsa yang sejahtera dan adil. 

 Menurut Penulis, Apa yang dilakukan oleh Para tokoh Lintas untuk menyerukan perubahan dan pencerahan secara damai lewat Doa dan Puasa. Sebagai sebuah bangsa dan Negara yang mengakui adanya Tuhan yang Maha esa, Ini menunjukkan bahwa perubahan dan pencerahan yang diperlukan tidak hanya bisa mengandalkan kekuatan fisik dan pikiran semata, tetapi ke semuanya harus melibatkan kekuatan dan kekuasaan ALLAH Wa jaza la. 

 Seperti yang kita ketahui bersama, Doa adalah bagi orang yang beriman kepada ALLAH SWT, Merupakan kekuatan yang terbesar dimiliki oleh seorang yang beriman. Karena doa menyangkut hubungan seorang hamba dengan khaliknya. Sedangkan Puasa sebuah ibadah yang memiliki dampak dan mamfaat yang besar bagi orang yag melaksanakannya. Dengan Puasa akan membentuk nilai dan karakter seseorang, di antaranya menimbulkan kepekaan dan sensifitas terhadap penderitaan orang lain.

 Disamping itu, dengan puasa kita bisa melakukan penghematan energy untuk bisa merontokkan semua racun yang ada di tubuh kita. Bukan tanpa alasan para tokoh Lintas Agama akhirnya menggelar Doa dan Puasa secara bersama-sama di depan kantor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pasalnya, sebelumnya para tokoh lintas Agama beberapa bulan yang lalu telah turun gunung untuk melaksanakan tugas moral kecendikiawanannya untuk berbicara kebenaran. 

 Para tokoh lintas Agama telah memperingatkan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono –Budiono untuk berhenti untuk melakukan kebohongan terhadap rakyat terkait dengan kondisi bangsa dan Negara, yang kemudian kita kenal dengan Deklarasi melawan kebohongan. Tetapi kemudian yang terjadi, Seruan Perubahan dan pencerahan yang dideungkan oleh Para tokoh lintas Agama, Nampak sekali tidak diindahkan dan dianggap sebatas angin lalu oleh Penguasa. 

 Seharusnya, Seruan Perubahan dan Pencerahan itu semestinya digunakan oleh penguasa (Pemerintahan SBY – Budiono) untuk melakukan Muhasabah (Instrospeksi diri) dan perbaikan terhadap kinerjanya. Bukan malah Seruan perubahan dan pencerahan dari tokoh lintas agama dan kaum intelektual untuk ditanggapi secara defensif, apalagi mencercanya sebagai kuda troya kepentingan politik, melainkan untuk diterima secara lapang dada, menjadikannya sebagai peringatan dini agar para penyelenggara negara bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah nyata. Malah, Penguasa menutup semua Mata dan telinga terhadap kondisi bangsa dan Negara yang kian menuju kebangkrutan dan kegagalan.

 Sebaliknya, Penguasa secara terus menerus memproduksi kebohongan terkait kondisi bangsa dan Negara untuk menutupi ketidakmampuan dan kegagalannya dalam mengelola Negara. Kegelisahan dan kegalutan terhadap kondisi bangsa dan Negara kian hari kian waktu semakin meningkatkan.

 Sesungguhnya Menurut Penulis, Doa dan Puasa yang digelar tokoh lintas Agama mengekspresikan keinginan sebagian besar anak bangsa untuk Perubahan dan Pencerahan sudah sangat mendesak untuk segara dilakukan dan diwujudkan, dan ini terwakilkan dari Doa dan Puasa para tokoh lintas Agama. Para tokoh Agama mengatakan ketika cara-cara konvensional tidak bisa dilakukan untuk melawan segala bentuk kemaksiatan dan kerusakan yang dilakukan oleh Penguasa yang Dzalim tidak bisa berhasil, maka kita berdoa dan berpuasa. Kita memohon tangan tuhan untuk turun,” ujar para tokoh lintas agama. 


 Jika tetap saja, Seruan Perubahan dan pencerahan lewat doa dan puasa oleh para tokoh lintas Agama tidak diindahkan, serta tidak dijadikan Muhasabah (Instrospeksi diri) oleh Penguasa untuk melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap kepemimpinan dan kinerjanya. Tidak menutup Kemungkinan, Gerakan Perubahan lewat doa dan Puasa akan berubah menjadi gerakan People Power yang bisa menjungkir balikkan kekuasaan Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono – Budiono. Pendapat Penulis, Kondisi Konstektual bangsa dan Negara sudah sangat memenuhi syarat-syarat untuk segera dilakukannya Perubahan terhadap kepemimpinan dan kekuasaan yang mengelola negeri ini..,Mereka (SBY – Budiono ) Sudah terbukti gagal….

Belum ada Komentar untuk "Doa dan Puasa Untuk Bangsa"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel